Rabu, 15 Juni 2011

Butir-butir Spiritual (bagian 2)

1.Manusia sekarang terbius pada reklame. Jiwa mengalami kekosongan sehingga kita mudah terombang-ambing. Jiwa yang kosong tidak pernah berpikir apa yang sebenarnya. Perilaku berpura-pura. Kekosongan jiwa mengakibatkan kita tidak bisa percaya diri. Pembicaraan, ibarat permainan sandiwara. Banyak manusia yang gila. Yang menjadi sumber penyebab adalah kekecewaan yang sangat berat. Sifat ego yang meninggi. Manusia mengalami kompensasi. Kebanyakan orang sekarang, belum muncul pertanyaan dalam dirinya : “Apa yang harus saya lakukan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik?”. Manusia tidak punya arah. Kehidupan yang tidak mempunyai asas manfaat. Sifat ego muncul karena adanya kekurangan di dalam diri. Sifat ego (AKU) tidak punya pengertian. AKU adalah penyebab utama ketegangan-ketegangan yang terjadi. Manusia harus meyakini dirinya sendiri untuk menentukan arah hidupnya. Jika keyakinan tidak ada, kehidupan ini ibarat layang-layang putus. Keyakinan ada dalam diri apabila jiwa berketuhanannya tinggi. Dengan adanya keyakinan dan kepercayaan dalam diri maka timbullah perjuangan manusia itu sendiri.
2. Perilaku sekarang adalah perilaku sebaliknya, artinya orang yang meninggi adalah orang yang rendah. Orang yang merendah adalah orang yang tinggi. Orang yang merendah merasa bobot dirinya berat, lalu untuk apa meninggi? Orang yang meninggi karena bobot dirinya ringan.
3. Yang paling disenangi sekarang adalah mode lain, sebagai akibat dari kekosongan jiwa/tidak percaya pada diri sendiri.
4. Rasa kekeluargaan mempunyai peranan penting untuk menuju kebahagiaan manusia. Kekeluargaan sangat menentukan untuk itu. Rasa kekeluargaan perlu dimantapkan dengan jalan : jangan saling suka menyalahan; sifat menjatuhkan adalah perbuatan sifat ego. Jika ini masih ada penderitaan hidup harus dialami. Sifat aku harus ditanggalkan. Kalau ada yang salah, diperingati, yang diperingati jangan merasa dibenci. Hal ini dilakukan demi kebersamaan dalam tanggung jawab. Sekarang rasa bahagia berubah menjadi senang, ingin memuaskan nafsu. Rasa senang sebenarnya salah bagi orang-orang yang mendambakan ketentraman hidup/kepuasan. Puas yang tidak bisa diuangkapkan. Jangan suka bicara soal senang.
5. Anak-anak yang over kompensasi, di rumah jadi budak dan di jalan jadi raja.
6. Cerita akhir perang Mahabharata. Pandawa menang, dan Korawa kalah. Yang menang (Pandaw) menanggung akibat dari peperangan tersebut. Artinya, di dalam kehidupan keluarga, ketentraman keluarga merupakan sumber kehidupan. Karena kehendak zaman, keluarga tercerai berai. Timbullah bermacam-macam konsep dalam kehidupan, yang pada akhirnya digolongkan ke dalam 2 (dua) konsep yaitu : (a) konsep yang memilih Pandawa, yang mengutamakan keluhuran budi/ketentraman bathin, dan (b) konsep yang memilih Korawa, yang mengutamakan duniawi. Sebenarnya dalam perpecahan keluarga tidak perlu ada pikiran-pikiran. Karena tidak mengerti, akhirnya loba, supaya keluarga juga baik. Inilah sifat Butakala. Akibatnya lebih banyak cenderung pada aliran kiri (Korawa). Orang yang berbudi luhur, tidak benar berpikir demikian. Inilah menjadi kemelut dalam kehidupan. Namun ini adalah kehendak zaman/dunia. Manusia sekarang kebanyakan tidak tahu diri. Siapakah sebenarnya pribadimu? Pertanyaan itu tidak bisa dijawab.
7. Konsep ketaatan tidak tergotahkan oleh pengaruh kiri dan kanan. Untuk mencari yang demikian sulit, karena banyak gangguan-gangguan, dan yang paling menonjol adalah gangguan dari sifat Salya, Aswathama (dalam cerita Mahabharata) dan Sukasrana (dalam cerita Ramayana). Kehidupan manusia terbelenggu pada hal-hal yang tidak menguntungkan. Tuhan telah menghendaki bahwa persoalan hidup harus selesai, dengan ketentuan hukum pihak Korawa harus kalah dan Pandawa/Ayodya harus menang. Suatu kekuatan, siapapun tidak bisa menolaknya, dan harus menerimanya. Yang tidak menghayati, tidak akan mendapatkan kehidupan yang dicita-citakan. Mengapa terjadi demikian? Karena Tuhan masih bersama kita. Kalau dikaitkan dengan cerita akhir perang Mahabharata, pada waktu Arjuna disuruh turun dari kereta oleh Krsihna. Krishna berkata : ”Hai, Adinda Arjuna, kamu ingin membuktikan, sebenarnya dulu sudah hancur, tetapi kamu merasakan kereta ini tidak pernah apa-apa. Karena AKU duduk di sini. Arjuna turun, lihat......... Kemudian Krishna turun, kereta dan umbul-umbul menjadi abu. Ini perlu dihayati.