Perilaku manusia yang berkonsep materi adalah : membutakan diri dengan keadaan hidup, cuek dalam hubungan kemanusiaan dan hanya ingin senang. Ia tidak mau tahu akan adanya tanggung jawab/kewajiban dan permasalahan hidup. Ia terjebak oleh keinginan-keinginannya, dan ia sakit hati kepada orang yang kehidupannya lebih baik. Ia tidak mau mendengar tentang ajaran agama/hukum. Sifat materi tidak pernah tahu dengan masa depan. Ia melulu bicara kebenaran uang, gengsi diri, yang menyebabkan hancurnya hubungan keluarga. Orang sekarang, rukun dalam hal bicara kejahatan, tidak dalam memperjuangkan nasib hidup, lupa pada diri sendiri. Siapa saya? Bagaimana pengalaman hidup saya dalam menuju kematian? Ia tidak pahami itu. Orang yang berkonsep materi hanya ingat pada Tuhan pada saat meminta yang disimbulkan dengan Duryodana dalam kisah Mahabharata. Kematiannya adalah nasibnya. Manusia harus kembali pada konsep untuk mengerti perjalanan hidup bukan untuk hari ini. Perjalanan hidup masih panjang. Jangan merasa kaya. Berapa supaya dianggap kaya? Apa artinya kekayaan itu? Hancurnya Korawa akibat dari konsep ini. Kematian demi kematian, apa sebabnya? Kita belum mampu mengambil keputusan, sama halnya seperti perang antara Sugriwa—Subali. Siapa yang harus mati? Kebanyakan Sugriwa yang dibunuh (rumah tangganya), supaya dianggap gengsi oleh masyarakat.
Bagaimana bisa tenang berpikir? Kita hanyut dibawa khayalan kenikmatan dunia tanpa mengerti permasalahannya? Kita cuek terhadap permasalahan dan dilemparkan kepada orang lain. Kita tidak mampu memprogramkan kehidupan supaya bisa santai.
Manusia dunia adalah manusia yang kekurangan dan manusia bodoh, karena masalahnya tidak pernah diketahui. Komunikasi antar manusia terputus, kecuali ada uangnya baru bisa bicara. Semua mau mencari keuntungan. Kebaikan hubungan manusia sekarang karena uang. Dengan konsep pikiran yang salah, uang itu yang akan menghancurkan hidupnya.
Manusia harus menyatu pada Tuhan, sedetikpun tidak boleh lupa, untuk kesadaran kita sehingga kita mengerti apa yang harus diperbuat dan kita mempunyai gairah untuk berusaha. Kita tidak boleh lari dari kesulitan hidup. Kita harus mau menerima segala macam permasalahan, supaya bisa belajar dan mengerti tentang hidup. Inilah yang menyebabkan manusia selalu bekerja sehingga ia mempunyai pengalaman diri. Suka duka harus dialami dan diterima, yang sesungguhnya berfungsi untuk memutar kehidupan ini.
Konsep materi melahirkan pemimpin dengan segala cara, karena sudah dikutuk maka pintu penjara sudah dibuka. Hancurnya perasaan manusia sekarang karena tidak mau mengerti. Selama ia ingat dengan dirinya, ia tidak pernah bersedih. Bila ingat dirinya, ia penuh dengan pengertian, semua rela berkorban, mau merukunkan diri. Kerelaan berkorban akan bertemu dengan kewajiban dan tanggung jawab menuju pada masa depan.
Konsep material sekarang menerima pahala. Semua di zaman Kertha harus bersih untuk menyadarkan umat manusia bahwa perilakunya menghancurkan umat manusia termasuk dirinya sendiri. Manusia melihat mana yang benar dan mana yang salah.
Tidak berkonsep materi bukan berarti materi tidak penting, materi justru sangat diperlukan. Yang menghancurkan manusia sekarang adalah keinginan dan gengsi yang disimbulkan dengan Salya dan Karna dalam Mahabharata. Hidup dengan dalih dan alasan, yang merupakan awal kehancuran dari umat manusia. Bukannya salahnya uang. Selama otak kita dikuasai oleh keinginan dan gengsi, otak kita tidak bekerja. Ia tidak mengerti bagaimana menata hidup.
Manusia harus kembali kepada jati diri, dan materi adalah sebagai alat untuk menyelesaikan masalah hidup. Kita harus kembali kepada jiwa kita. Saat ini diperlukan sikap meditasi rileks, tidak diharuskan terlalu berkonsentrasi, untuk membuka beban hidup ini.