Proses kehidupan ini tetap jalan sama dengan putaran matahari. Yang tamat riwayatnya saat ini adalah kebiasaan karena tidak mau mengerti dengan proses perjalanan hidup. Tidak ada yang bisa menghentikan proses hidup ini. Inilah kesulitan pertama dalam hidup. Siapa yang bisa mengimbangi proses kehidupan ini, ialah yang bahagia dalam hidupnya. Bagi yang tidak bisa, orang inilah yang disebut diseret oleh zaman.
Konsep kehidupan yang didambakan adalah seperti konsep hidup Pandawa, sebab dari konsep materi (Korawa) melahirkan pikiran jahat. Perilaku manusia persis seperti perang Bharatayuda. Dengan melakukan kejahatan berarti otak kita dibunuh. Semua kehidupan akan menjadi berantakan karena selalu ada keinginan saling mendapatkan maka adanya kehidupan yang saling mencurigai.
Dada kita diganggu oleh keinginan berkelahi, selalu merasa tidak puas, tidak menyenangkan. Kekecewaan akan hidup ini menghancurkan kehidupan kita. Inilah menyebabkan terganggunya kita sekarang. Semua saling berprasangka, karena menganggap diri yang paling benar. Kemana manusia bersembunyi sekarang? Apa ada tempat untuk tidak kecewa? Sesungguhnya dalam hidup ini tidak perlu kecewa tetapi belajar memahami proses kehidupan yang panjang dan rumit serta sulit. Manusia hidup dikuasai oleh kekecewaan, karena kita berprasangka, membayangkan dan bukan mengalaminya.
Kita diajak berpikir tidak sempurna. Siapakah yang bisa mendapatkan kebahagiaan? Ada bayang-bayang yang ada di dalam diri kita. Itulah hasil karma kita yang menjadi Sancita yang membuat manusia tersiksa hidupnya oleh bayang-bayang. Selalu dirundung oleh kecewa. Suatu sikap mental yang tidak dibenarkan, sikap materi, sikap pamerih, ia malas, yang tidak mau tahu dengan ajaran sebab dan akibat (Karmaphala). Manusia terjebak oleh akibatnya sehingga ia tidak bisa diajak berpikir realistis/kenyataan. Ia berperasaan, tidak bisa diajak mempertimbangkan sebab manusia dikuasai oleh keinginannya. Ia tidak mampu melihat dirinya. Ia tidak tahu keperluannya. Ia memerlukan pengorbanan yang besar untuk mendapatkan kenikmatan. Hancurnya manusia sekarang, karena ia hidup tidak ada yang menghargai.
Orang yang selamat dalam zaman Kali ini adalah orang yang ingat (eling). Orang yang mengerti dirinya sendiri yang bersumber dari Tuhan. Manusia menggerutu karena tidak mengerti dirinya, ia hanya tahu badannya, sehingga hanya keinginannya yang menonjol.
Kita hidup bagaimana mengatasi masalah. Sekarang masalah hidup menumpuk yang membuat kecewa. Antara kemampuan dan keinginan tidak harmonis. Jalan selamat adalah eling, karena kita bersumber pada Tuhan, karena Tuhan menciptakan rwabhineda (perbedaan) ini. Yang kita rasakan adalah suka dan duka. Dalam diri kita ada roh dan badan. Kita tidak mau meyakini Tuhan, budi luhur kita hilang sehingga menjadi manusia raksasa (hanya tahu dunia, dan tidak tahu sumbernya). Ia tidak mau mengerti hubungannya dengan lingkungannya.
Keharmonisan hidup adalah saling membantu. Dunia sekarang kehilangan kehidupan seperti ini. Lalu dimana kesenangan itu? Dalam hubungan manusia sekarang yanga da saling mencurigai, berprasangka yang tidak baik kepada orang lain. Lalu dimana rasa aman dan nyaman itu? Lalu bagaimana kelanjutan hidup ini. Ini adalah masalah ketakutan. Proses hidup menghendaki biaya yang besar, dari mana sumber biaya itu?
Orang sekarang bersembunyi di balik kata-katanya. Jiwa kita naik ke atas sedangkan badan kita turun. Ini tidak harmonis. Hal ini yang menyebabkan tidak adanya suatu pengertian untuk berpikir bagaimana menciptakan rasa aman.
Manusia yang eling mengerti kodratnya yang diciptakan oleh Tuhan. Kita harus mengerti diri kita bahwa dalam diri kita semua ada pertentangan, maka diberikan pikiran untuk mempertimbangkan apa yang harus dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar